Gunung Raung sering disebut sebagai gunung dengan jalur pendakian paling ekstrem di Jawa. Tingginya mencapai 3.344 meter di atas permukaan laut (mdpl), menjadikannya gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Semeru (3.676 mdpl) dan Arjuno (3.339 mdpl). Walau bukan yang tertinggi, tingkat kesulitan pendakian Raung jauh lebih menantang dibandingkan kebanyakan gunung lain di Pulau Jawa.

Baca juga : pestapora2025 semakin mendunia
Baca juga :Rumah KPR Antara Solusi Hunian atau Beban
Baca juga :Joget Dangkong Tradisi Hiburan Rakyat Batam
Baca juga :wisata misteri paling seram pulau batam
Baca juga :inspirasi bobroknya pemerintahan jaman solo
Indonesia dikenal sebagai negeri dengan ratusan gunung berapi aktif, yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Bagi para pecinta alam dan pendaki gunung, tanah air ini adalah surga petualangan. Dari Gunung Rinjani dengan pesona Segara Anak, Semeru dengan Mahamerunya yang legendaris, hingga Kerinci yang menjulang di Sumatra. Namun, ada satu gunung di Jawa Timur yang reputasinya berbeda. Ia bukan hanya indah, tetapi juga menakutkan bagi sebagian orang. Namanya adalah Gunung Raung.
Sejarah dan Karakteristik Gunung Raung
1. Letak Geografis

Gunung Raung terletak di Jawa Timur dan mencakup tiga kabupaten: Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Gunung ini adalah bagian dari deretan Pegunungan Ijen yang terkenal dengan aktivitas vulkaniknya. Dari kejauhan, bentuk Gunung Raung tampak gagah dengan puncaknya yang khas dan kaldera luas di tengahnya.
2. Kaldera Raksasa
Salah satu daya tarik utama Gunung Raung adalah kaldera yang dimilikinya. Kaldera Raung termasuk salah satu yang terbesar di Indonesia, dengan diameter sekitar 2 kilometer. Dinding kaldera menjulang tinggi, terjal, dan curam, memberikan pemandangan dramatis bagi siapa pun yang berhasil mencapainya. Dari puncak, kaldera terlihat seperti kawah raksasa dengan dinding kokoh yang melingkar.
3. Aktivitas Vulkanik
Gunung Raung adalah gunung berapi aktif. Sepanjang sejarah, Raung beberapa kali mengalami erupsi, dengan catatan letusan sejak abad ke-16. Aktivitas vulkaniknya cukup rutin, meskipun tidak sebesar Semeru atau Merapi. Letusan biasanya berupa lontaran abu vulkanik dan suara gemuruh yang terdengar hingga radius puluhan kilometer. Hal ini menambah kesan “hidup” dari gunung ini, sehingga pendaki kerap mendengar suara dari kawah saat berada di puncak.
Jalur Pendakian Gunung Raung
Pendakian Gunung Raung bisa dilakukan melalui beberapa jalur resmi, masing-masing dengan karakteristik berbeda. Namun, jalur paling populer adalah jalur Kalibaru (Banyuwangi), jalur Bondowoso (Sumber Wringin), dan jalur Jember (Glenmore).
1. Jalur Kalibaru (Banyuwangi)
- Jalur ini adalah yang paling terkenal sekaligus paling ekstrem.
- Titik awalnya dari Pos Kalibaru.
- Jalur ini membawa pendaki melewati hutan tropis yang cukup lebat, kemudian berlanjut ke area terbuka dengan tanah berbatu.
- Menuju puncak sejati, pendaki akan menghadapi jalur punggungan sempit (track Raung) yang sangat berbahaya.
2. Jalur Bondowoso (Sumber Wringin)
- Jalur ini relatif lebih landai dibanding Kalibaru.
- Biasanya digunakan oleh pendaki yang ingin mencapai puncak 17, bukan puncak sejati.
- Jalur ini lebih ramah untuk pemula, meskipun tetap membutuhkan stamina yang kuat.
3. Jalur Glenmore (Jember)
- Jalur ini jarang digunakan karena lebih panjang.
- Namun, jalurnya menawarkan panorama yang indah dan lebih sepi.
Tantangan Pendakian Gunung Raung

1. Jalur Menuju Puncak Sejati
Bagian paling menantang dari pendakian Raung adalah jalur menuju puncak sejati. Jalur ini dikenal sebagai salah satu trek paling ekstrem di Indonesia.
- Punggungan Sempit
Jalur berupa punggungan sempit dengan jurang dalam di kanan dan kiri. Lebar jalur terkadang hanya 30–50 cm. Pendaki harus berjalan dengan konsentrasi penuh, karena satu langkah salah bisa berakibat fatal. - Medan Berbatu Tajam
Banyak bebatuan tajam yang harus dipanjat dengan tangan dan kaki. Pendaki sering mengalami luka lecet pada telapak tangan meski sudah menggunakan sarung tangan. - Tebing Curam
Ada beberapa titik yang mengharuskan pendaki memanjat tebing dengan bantuan tali. Keahlian dasar panjat tebing (rock climbing) sangat diperlukan di sini. - Angin Kencang
Di ketinggian, angin bisa bertiup sangat kencang hingga membuat tubuh goyah. Pendaki harus menjaga keseimbangan agar tidak terhempas.
2. Risiko Fisik dan Mental
- Fisik: Jalur panjang, menanjak, dan teknis membuat pendaki cepat kelelahan.
- Mental: Rasa takut ketinggian dan jurang di sisi kanan kiri jalur sering membuat pendaki panik.
- Manajemen waktu: Perjalanan menuju puncak sejati biasanya memakan waktu 8–12 jam pulang-pergi dari camp terakhir.
3. Kondisi Alam yang Ekstrem
- Cuaca tak menentu: Kabut tebal bisa turun tiba-tiba, membuat jarak pandang hanya 1–2 meter.
- Suhu dingin: Pada malam hari, suhu bisa turun hingga di bawah 5°C.
- Minim sumber air: Pendaki harus membawa persediaan air sendiri karena jalur hampir tidak memiliki sumber air.
Bahaya yang Sering Dihadapi Pendaki

1. Kecelakaan Jatuh
Kasus pendaki tergelincir di jalur punggungan cukup sering terjadi. Karena itu, penggunaan tali pengaman sangat dianjurkan.
2. Hipotermia
Suhu dingin, terutama saat malam hari atau ketika pendaki basah karena hujan, bisa memicu hipotermia.
3. Dehidrasi
Minimnya sumber air di jalur pendakian membuat dehidrasi menjadi risiko serius.
4. Cedera
Medan berbatu tajam sering menyebabkan cedera pada kaki, tangan, atau lutut.
5. Erupsi dan Gas Vulkanik
Sebagai gunung berapi aktif, potensi bahaya dari erupsi atau gas beracun juga selalu ada. Karena itu, pendaki wajib memantau status aktivitas gunung sebelum berangkat.
Persiapan Pendakian Gunung Raung
1. Persiapan Fisik
Pendaki harus melakukan latihan fisik minimal 1–2 bulan sebelum pendakian, meliputi:
- Jogging atau lari jarak menengah.
- Latihan beban untuk memperkuat otot kaki dan punggung.
- Latihan panjat tebing dasar.
2. Persiapan Mental
Pendaki harus siap menghadapi tekanan psikologis berupa:
- Rasa takut ketinggian.
- Kondisi lelah mental akibat jalur panjang.
- Kemungkinan gagal mencapai puncak.
3. Peralatan Wajib
- Peralatan teknis: Harness, carabiner, ascender/descender, helm.
- Peralatan pribadi: Sepatu gunung berkualitas, jaket tebal, sarung tangan, senter kepala.
- Logistik: Persediaan air minimal 3–4 liter per orang, makanan ringan berenergi, dan perbekalan utama.
4. Pendamping dan Pemandu
Pendakian menuju puncak sejati sebaiknya ditemani oleh pemandu atau porter berpengalaman yang sudah hafal jalur ekstrem.
Daya Tarik Gunung Raung

Meski penuh tantangan, Gunung Raung menawarkan keindahan yang sebanding dengan perjuangannya:
- Sunrise spektakuler: Dari puncak bisa terlihat deretan gunung seperti Semeru, Arjuno, Ijen, bahkan hingga Gunung Rinjani di Lombok jika cuaca cerah.
- Kaldera megah: Pemandangan kawah raksasa dengan dinding curam menjadi salah satu panorama gunung terindah di Indonesia.
- Rasa pencapaian: Berhasil menapakkan kaki di puncak sejati Raung adalah prestasi luar biasa, karena tidak semua pendaki bisa mencapainya.
Gunung Raung bukanlah gunung untuk semua orang. Tingkat kesulitannya jauh di atas rata-rata, bahkan lebih menantang daripada Semeru. Jalur menuju puncak sejati menuntut keterampilan teknis, kekuatan fisik, dan keberanian mental yang besar. Namun, bagi mereka yang siap menghadapi semua tantangan itu, Raung menawarkan pengalaman tak terlupakan: perpaduan antara adrenalin, keindahan, dan rasa pencapaian yang luar biasa.
Gunung ini seolah menjadi “ujian akhir” bagi para pendaki di Pulau Jawa. Tidak heran jika banyak pendaki menyebut, “Jika kamu sudah menaklukkan Raung, gunung lain akan terasa lebih mudah.”