keindahan alam wisata yang hilang

keindahan alam wisata yang hilang

Keindahan alam merupakan anugrah dari sang pencipta. yang bisa kita nikmati sebagai manusia.
bukan untuk merusaknya berapa tempat yang sudah tercemar dan ruksak di dalam tanah air kita.

baca juga : Rumah lamin filosofi adat rumah suku kutai
baca juga : KATANYA HEMAT ANGGARAN KEUANGAN DPR ?
baca juga : Kreatifitas orasi anak STM bengkel sampai DPR
baca juga : Mengenang Para Pahlawan Pejuang Reformasi 98

Jakarta buys a $13 bn pollution problem with Freeport takeover - Asia Times

Alam adalah salah satu anugerah terbesar bagi kehidupan manusia. Keindahan bentang alam seperti hutan hujan tropis, pegunungan, air terjun, hingga laut biru yang jernih merupakan sumber inspirasi, identitas budaya, dan penopang kehidupan. Namun, keindahan itu kerap kali hilang akibat aktivitas tambang. Pertambangan memang memberikan kontribusi besar bagi pembangunan ekonomi—Indonesia misalnya memperoleh lebih dari Rp 1.100 triliun dari sektor pertambangan pada tahun 2022 (Badan Pusat Statistik, 2023)—namun kerugian ekologis dan estetika yang ditimbulkan sering kali jauh lebih besar dan sulit dipulihkan.

Hilangnya Estetika Alam

Salah satu dampak langsung dari aktivitas tambang adalah perubahan drastis pada lanskap. Tambang terbuka (open-pit mining) misalnya, meninggalkan lubang raksasa di permukaan bumi dengan kedalaman yang bisa mencapai ratusan meter.

  • Di Papua, tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia meninggalkan lubang raksasa berdiameter lebih dari 2 km yang tampak jelas dari satelit.
  • Bukit yang tadinya hijau berubah menjadi hamparan tanah cokelat gersang, tidak lagi menyimpan keindahan visual.

Selain itu, aliran sungai yang biasanya jernih menjadi keruh akibat lumpur dan limbah tambang. Air yang semula menjadi daya tarik wisata berubah menjadi kotor, bahkan beracun. Keindahan alam yang dulunya menjadi kebanggaan masyarakat setempat pun beralih menjadi pemandangan yang penuh luka.


Kerusakan Ekosistem dan Lingkungan

Aktivitas tambang tidak hanya merusak estetika visual, tetapi juga mencemari ekosistem. Fakta-fakta di lapangan menunjukkan dampak serius:

  • Air Tercemar
    Limbah pertambangan emas sering mengandung merkuri (Hg) dan sianida, yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Studi WALHI (2021) mencatat bahwa sekitar 80% tambang emas skala kecil di Indonesia masih menggunakan merkuri, yang kemudian mengalir ke sungai dan laut. Sungai-sungai yang terkena limbah menjadi berwarna keruh, kehilangan keindahan alami, dan tidak lagi aman untuk mandi, mencuci, atau dikonsumsi.
  • Udara Tercemar
    Debu dari aktivitas tambang batu bara menutupi langit biru dengan kabut abu-abu. Di Kalimantan Timur, Greenpeace (2020) melaporkan bahwa kualitas udara di sekitar wilayah tambang sering berada di atas ambang batas aman WHO. Hal ini bukan hanya menghilangkan keindahan langit cerah, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat.
  • Hilangnya Vegetasi
    Untuk membuka tambang, ribuan hektar hutan harus ditebang. Indonesia kehilangan rata-rata 650 ribu hektar hutan per tahun (FAO, 2020), dan sebagian besar disumbang oleh kegiatan industri ekstraktif termasuk pertambangan. Hilangnya vegetasi berarti hilangnya panorama hijau yang menjadi ciri khas alam tropis.

Dampak Sosial dan Budaya

Keindahan alam sering kali memiliki makna spiritual dan budaya bagi masyarakat lokal. Misalnya, gunung dianggap sakral oleh masyarakat adat di Papua dan Sulawesi. Namun, ketika gunung tersebut ditambang, nilai sakral itu tercemar.

Kasus di Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi menjadi contoh nyata. Gunung yang dahulu indah dan dipercaya memiliki nilai budaya kini rusak akibat tambang emas. Masyarakat adat setempat kehilangan ruang spiritual, sementara daya tarik wisata alam juga meredup.

Selain itu, wisata alam yang semula bisa mendatangkan penghasilan hilang begitu saja. Menurut data Kementerian Pariwisata, sektor pariwisata alam Indonesia menyumbang lebih dari Rp 280 triliun pada 2019. Namun, ketika alam tercemar akibat tambang, potensi ekonomi dari wisata pun berkurang drastis.


Dampak Ekonomi Jangka Panjang

Meskipun tambang memberikan keuntungan besar dalam jangka pendek, kerugian jangka panjang justru lebih besar:

  • Pariwisata Menurun
    Contoh nyata adalah Danau Toba. Kawasan ini pernah mengalami pencemaran akibat aktivitas tambang dan industri di sekitarnya, sehingga menurunkan jumlah wisatawan. Jika alam tercemar, keindahan yang menjadi daya jual wisata lenyap.
  • Pertanian Terganggu
    Air yang tercemar limbah tambang tidak lagi bisa digunakan untuk irigasi. Petani di Kalimantan Selatan mengeluh sawah mereka gagal panen akibat air sungai yang penuh lumpur tambang batubara.
  • Kerugian Lingkungan
    Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), biaya pemulihan lingkungan akibat tambang di Indonesia bisa mencapai ratusan miliar rupiah per lokasi. Dana yang diperoleh dari tambang sering tidak sebanding dengan kerugian permanen yang ditinggalkan.

Contoh Kasus Nyata

Beberapa contoh pencemaran tambang di Indonesia yang mencoreng keindahan alam:

Pencemaran Merkuri di Teluk Buyat Tidak Terbukti
  • Teluk Buyat, Sulawesi Utara (2004)
    Limbah tambang emas PT Newmont Minahasa Raya mencemari teluk hingga ikan-ikan mati, dan air laut kehilangan kejernihannya. Kasus ini menjadi sorotan nasional karena merusak keindahan teluk yang sebelumnya kaya biota laut.
  • Kalimantan Timur
    Terdapat lebih dari 1.700 lubang bekas tambang batubara (JATAM, 2022) yang dibiarkan menganga. Sebagian lubang berubah menjadi danau berair keruh, merusak panorama, bahkan menelan korban jiwa anak-anak yang tenggelam.
  • Papua – Grasberg Mine
    Salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia ini tidak hanya menyisakan lubang raksasa, tetapi juga mencemari sungai Aghawagon dan Otomona. Laporan menunjukkan lebih dari 200 ribu ton limbah tambang dibuang ke sungai setiap harinya.

Upaya Pemulihan dan Solusi

Kerusakan akibat tambang memang sulit dipulihkan sepenuhnya, tetapi beberapa upaya bisa dilakukan untuk mengurangi dampaknya:

  • Reklamasi Tambang
    Mengisi kembali lubang tambang dengan tanah, menanam kembali pohon, dan mengembalikan bentuk lanskap. Sayangnya, banyak perusahaan tambang di Indonesia tidak menjalankan reklamasi dengan serius.
  • Pengelolaan Limbah
    Limbah harus diolah agar tidak mencemari sungai dan laut. Teknologi tailing management bisa digunakan untuk mengurangi dampak visual dan ekologis.
  • Green Mining
    Konsep pertambangan ramah lingkungan perlu diterapkan, misalnya dengan menekan penggunaan bahan kimia berbahaya dan memperkecil area terbuka.
  • Keterlibatan Masyarakat
    Masyarakat lokal harus dilibatkan dalam pengawasan tambang dan pemulihan lingkungan. Dengan demikian, pemulihan tidak hanya teknis tetapi juga sosial-budaya.