Pulau Kalimantan selama ini lebih dikenal dengan julukan “paru-paru dunia” karena hutan hujan tropisnya yang begitu luas. Namun, di balik rapatnya hutan, sungai-sungai raksasa, dan kehidupan masyarakat adat Dayak, ada sebuah gunung megah yang menjulang tinggi: Bukit Raya. Dengan ketinggian 2.278 meter di atas permukaan laut (mdpl), Bukit Raya adalah gunung tertinggi di Kalimantan sekaligus salah satu puncak dalam daftar Seven Summits Indonesia.

Baca juga : santos fc sejarah sepak bola brasil
Baca juga : Band Gigi Legendaris Indonesia yang Tetap Eksis
Baca juga : PORCO SUPORTER IDENTITAS palmeiras Mancha Verde
Baca juga : Wisata Kota Nias Sejarah di Ujung Barat
Baca juga : Kololi Kie ritual sakral adat ternate
Bagi para petualang sejati, mendaki Bukit Raya bukan sekadar mengejar puncak. Perjalanan panjang menembus sungai, rawa, hutan perawan, hingga ritual adat Dayak membuat pendakian ini terasa seperti sebuah ekspedisi penuh makna
Letak Geografis Bukit Raya
Bukit Raya terletak di Pegunungan Schwaner, tepatnya di perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Lokasinya termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bukit Baka–Bukit Raya (TNBBBR), sebuah kawasan konservasi yang membentang lebih dari 181 ribu hektar.
Koordinat Bukit Raya berada sekitar 0°47′ LS dan 112°05′ BT. Kawasan ini masuk dalam zona iklim hutan hujan tropis dengan curah hujan sangat tinggi, suhu rata-rata harian berkisar 15–25°C, dan kelembapan udara mencapai lebih dari 80%.
Dari segi geologi, Bukit Raya terbentuk dari batuan granit tua yang merupakan bagian dari kompleks pegunungan purba di Kalimantan. Struktur tanahnya relatif labil dan mudah menjadi becek saat hujan, sehingga jalur pendakian penuh lumpur dan licin.
Bukit Raya dan Seven Summits Indonesia
Bagi para pendaki, istilah Seven Summits Indonesia merujuk pada tujuh gunung tertinggi di tujuh pulau besar Indonesia:
- Cartenz Pyramid (4.884 mdpl) – Papua
- Kerinci (3.805 mdpl) – Sumatra
- Rinjani (3.726 mdpl) – Lombok
- Semeru (3.676 mdpl) – Jawa
- Binaiya (3.027 mdpl) – Maluku
- Latimojong (3.478 mdpl) – Sulawesi
- Bukit Raya (2.278 mdpl) – Kalimantan
Meski ketinggiannya lebih rendah dibanding gunung-gunung di Jawa atau Sumatra, Bukit Raya dikenal sebagai salah satu yang paling sulit ditaklukkan. Alasannya bukan hanya medan yang berat, melainkan akses yang sangat terbatas dan kondisi alam liar yang menantang.
Keanekaragaman Hayati
Flora
Hutan hujan tropis di sekitar Bukit Raya adalah rumah bagi ribuan spesies tumbuhan. Beberapa di antaranya bahkan tergolong endemik Kalimantan.
- Kantong semar (Nepenthes sp.): tumbuhan karnivora yang menjadi ikon Kalimantan.
- Anggrek hitam (Coelogyne pandurata): anggrek langka yang hanya tumbuh di Kalimantan.
- Pohon ulin atau kayu besi: kayu keras yang sangat kuat dan bernilai tinggi.
- Berbagai jenis lumut, paku-pakuan, dan jamur bioluminesensi yang bisa bercahaya di kegelapan.
Fauna
Bukit Raya juga kaya satwa liar, meski sulit ditemui karena sifatnya yang pemalu.
- Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), satwa endemik yang kini terancam punah.
- Burung enggang/rangkong, yang dianggap keramat oleh masyarakat Dayak.
- Kucing hutan, beruang madu, hingga berbagai primata kecil.
- Reptil seperti ular pohon, kadal, dan aneka serangga unik.
Tidak heran kawasan ini ditetapkan sebagai cagar biosfer penting di Indonesia.
Perjalanan Menuju Bukit Raya
Titik Awal: Kota Palangka Raya

Sebagian besar pendaki memulai perjalanan dari Palangka Raya, ibu kota Kalimantan Tengah. Dari kota ini, perjalanan darat ditempuh menuju Kecamatan Katingan Hulu. Jalannya sebagian sudah beraspal, namun banyak pula jalur tanah dan bebatuan.
Desa Rantau Malam
Gerbang utama pendakian adalah Desa Rantau Malam, sebuah desa Dayak yang berada di tepi sungai. Untuk mencapainya, perjalanan sering dilanjutkan dengan perahu motor atau longboat menyusuri sungai-sungai besar yang berliku.
Ekspedisi Sungai dan Rawa
Inilah bagian paling unik dari perjalanan. Sebelum benar-benar mendaki, para pendaki harus menyeberangi sungai deras, melewati rawa, bahkan terkadang bermalam di tepian hutan. Perjalanan ini bisa memakan waktu 2–3 hari sebelum tiba di kaki Bukit Raya.
Jalur Pendakian Bukit Raya
Pendakian Bukit Raya bukan seperti mendaki Semeru atau Rinjani dengan jalur jelas dan pos pendakian. Jalurnya lebih mirip ekspedisi hutan belantara.
1. Basecamp Rantau Malam – Pos 1
Perjalanan dimulai dari desa menuju jalur hutan. Trek dipenuhi akar pepohonan besar dan jalur becek.
2. Pos 1 – Pos 2
Pendaki melewati sungai yang lebar, biasanya menggunakan rakit atau perahu kecil. Di sini sering terlihat burung enggang beterbangan.
3. Pos 2 – Pos 3
Medan mulai menanjak dengan jalur licin. Hujan tropis membuat trek menjadi lumpur.
4. Pos 3 – Camp Kiting

Camp Kiting adalah tempat favorit untuk bermalam. Dari sini, jalur menuju puncak semakin curam.
5. Camp Kiting – Puncak Bukit Raya
Pendakian menuju puncak memakan waktu sekitar 5–6 jam. Vegetasi semakin rapat dengan kabut tebal. Begitu mencapai puncak, yang terlihat adalah hutan tak berujung dan hamparan pegunungan hijau.
Total waktu pendakian rata-rata 6–8 hari pulang pergi, tergantung kondisi tim, cuaca, dan logistik.
Nilai Budaya dan Spiritual
Bagi masyarakat Dayak Uud Danum, Bukit Raya adalah gunung yang sakral. Mereka percaya gunung ini merupakan tempat bersemayam roh leluhur. Karena itu, setiap pendakian biasanya diawali dengan ritual adat berupa doa dan sesajen.
Burung enggang, yang banyak dijumpai di kawasan ini, juga dianggap suci. Dalam tradisi Dayak, bulu dan paruh enggang kerap digunakan dalam upacara adat.
Kehadiran pendaki dari luar sering dipandang sebagai tamu yang harus menghormati adat. Tidak jarang, pendaki diminta untuk mengikuti ritual sederhana sebelum memulai perjalanan.
Tantangan Pendakian

- Akses Terisolasi
Tidak ada jalur darat langsung ke kaki gunung. Semua perjalanan harus melewati sungai dan hutan. - Cuaca Ekstrem
Hujan bisa turun kapan saja, membuat jalur berlumpur dan sungai meluap. - Hewan Liar
Lintah, nyamuk, hingga ular kerap ditemui di sepanjang jalur. - Kondisi Fisik dan Mental
Durasi pendakian yang panjang (hampir seminggu) menuntut stamina prima. Banyak pendaki yang menyerah sebelum mencapai puncak.
Karena itulah, meskipun Bukit Raya tidak setinggi gunung lain di Indonesia, banyak pendaki menganggapnya sebagai salah satu pendakian paling berat.
Konservasi dan Ancaman
Taman Nasional Bukit Baka–Bukit Raya memiliki peran penting sebagai kawasan konservasi. Namun, ancaman nyata tetap mengintai:
- Pembalakan liar dan perburuan satwa.
- Perluasan perkebunan sawit yang merambah hutan.
- Kebakaran hutan saat musim kemarau panjang.
Upaya konservasi dilakukan dengan melibatkan masyarakat adat Dayak yang selama ini hidup berdampingan dengan hutan. Mereka menjadi mitra penting dalam menjaga kelestarian Bukit Raya.
Bukit Raya sebagai Destinasi Wisata Petualangan

Berbeda dengan gunung-gunung populer di Jawa yang ramai pendaki, Bukit Raya lebih cocok untuk pecinta ekowisata dan ekspedisi alam liar. Tidak ada warung, pos penjagaan, atau jalur trekking permanen. Semua serba alami.
Inilah yang justru membuatnya menarik. Bukit Raya menawarkan pengalaman “kembali ke alam” yang sesungguhnya. Bagi mereka yang mencari ketenangan, tantangan, sekaligus kesempatan menyelami budaya Dayak, Bukit Raya adalah destinasi yang tepat.
Bukit Raya bukan sekadar gunung tertinggi di Kalimantan. Ia adalah simbol kekayaan alam, budaya, dan spiritualitas masyarakat Dayak. Dengan ketinggian 2.278 mdpl, Bukit Raya memang tidak setinggi Kerinci atau Semeru, tetapi tantangan yang ditawarkan jauh lebih kompleks: akses sulit, hutan perawan, ritual adat, dan cuaca yang tak terduga.
Bagi para pendaki, menaklukkan Bukit Raya bukan hanya soal mencapai puncak, melainkan sebuah perjalanan batin—menguji fisik, mental, sekaligus menghormati kebesaran alam dan leluhur. Itulah yang membuat Bukit Raya tetap istimewa dan layak mendapat tempat di hati para pencinta alam.